A. Pendahuluan
Pasca wafatnya Rasulullah SAW, Islam sebagai agama
dan tuntunan hidup umat muslim tetap eksis sekalipun dihadapkan kepada
persoalan-persoalan baru yang belum pernah dijelaskan secara tegas di dalam
Al-Qur’an maupun Sunnah Rasululah SAW. Perkembangan yang terjadi di tengah
masyarakat, menuntut pemahaman yang selaras dengan ajaran Islam itu sendiri,
untuk itu muncul usaha untuk memahami syari’at baik pemahaman bidang akidah
maupun muamalah. Berbekalkan latar belakang kehidupan maupun intelektual umat
islam yang berusaha memahami ajaran Islam, maka kita mengenal banyak pemahaman
yang berkembang, bahkan tidak jarang satu pendapat dengan pendapat lain
bertentangan.
Salah satu pemahaman yang berbeda itu adalah
pemahaman terhadap konsep ketuhanan (teologi) atau yang lebih dikenal dengan
istilah ilmu kalam. Lalu muncullah aliran seperti Khawarij, Murji’ah, paham
Qadariyah dan Jabariyah, Mu’tazilah, Asy’ariyah, Maturidiyah, Salafiyah dan
Syi’ah. Masing-masing dari aliran tersebut berusaha untuk memahami konsep
ketuhanan mengambil sandaran kepada Al-Qur’an maupun Sunnah. Masing-masing
aliran tersebut mendapatkan tempat tersendiri di tengah-tengah masyarakat
muslim, meskipun mendapatkan penentangan keras dari masyarakat lain. Sehingga
aliran itu ada yang pernah berjaya lalu menghilang, namun walaupun demikian
corak pemahamannya masih berkembang walaun terkadang menggunakan nama lain.
Berkembangnya paham sebuah aliran sampai saat
sekarang ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain pengaruh kekuasaan,
murid-murid yang produktif dan yang tidak kalah pentingnya adalah karya dalam
bentuk tertulis yang tetap dipelajari umat Islam.
Adalah Syekh Thahir al-Jazairy seorang ulama yang
berusaha untuk tetap memperkenalkan ajaran teologi Asy’ariyah dalam bentuk
pembelajaran dan menuliskannya dalam sebuah karyanya yang monumental, yakni Al-Jawahir
al-Kalamiyah fi idhah al-‘aqidah al-Islamiyah. Khususnya di Indonesia kitab
ini menjadi salah satu kitab yang banyak dipelajari di pondok pesantren.
Dalam bedah buku ilmu kalam ini, penulis berusaha
untuk menjelaskan kepada pembaca secara ringkas namun menyeluruh dari isi buku
tersebut. Keterbatasan penulis dalam memahami teks bahasa Arab bisa jadi
menyebabkan makalah ini tidak sempurna, untuk itu saya mengharapkan saran dan
masukan dari pembaca, khususnya dari Bapak Prof. Dr. H. Awis Karni, M.Ag selaku
dosen pembimbing.
B. Biografi Singkat Penulis
Nama lengkap penulis adalah Syekh Thahir bin
Muhammad bin Shalih bin Ahmad bin Mauhub al-Sam’any al-Jazairy al-Damsiqy. Ayahnya,
seorang faqih bermazhab Maliki dan seorang mufti di Syam. Pada tahun
1263 H. ayahnya pindah dari Aljazair ke Damaskus.
Syekh Thahir lahir di Syam pada tahun 1268 H.
bertepatan dengan tahun 1852 M. Beliau belajar di Madrasah al-Jaqmikiyah
dan tamat bersama ustad Abdurrahman al-Bustany. Kemudian ia melanjutkan
pendidikannya belajar kepada Syekh Abdul Ghani al-Ghonimy al-Maidany (1222-1298
H). Beliau sangat suka mempelajari berbagai disiplin ilmu, antara lain Fisika,
Matematika di samping keseriusannya dalam mempelajari ilmu yang berbahasa Arab dan ilmu-ilmu
keislaman.
Ketika usianya sampai 30 tahun, beliau telah
menguasai bahasa Arab, Persia, Turki dan Prancis. Beliau giat mancari dan
mempelajari manuskrip-manuskrip kuno, untuk itu ia membantu berdirinya perpustakaan
Dar al-Kutub al-Dzahiriyah di Damaskus dan perpustakaan al-Khalidiyah
di Yerussalem.
Murid-Muridnya yang terkenal antara lain :
1.
Syekh Jamaluddin
al-Qosimy
2.
Syekh Abdul
Razzak al-Baithari
3.
Syekh Salim
al-Bukhary
4.
Syekh Muhammad
Kurdi Ali
5.
Syekh Muhibudin
al-Khathibi
6.
Syekh Muhammad
Said al-Bany
Pada tahun 1325 H. ia pindah ke Mesir, kemudian ia
kembali lagi ke Damaskus pada tahun 1338 H. lalu ia diangkat sebagai anggota al-Majma’
al-Ilmiy al-Araby serta ditunjuk
sebagai kepala perpustakaan Dar al-Kutub al-Dzahiry. Beliau wafat pada
bulan Rabi’ul Awwal tahun 1338 H bertepatan dengan 1920 M.
Syekh Sai’d al-Bany berkata,” Beliau (Syekh Thahir)
menyeru orang-orang yang murtad untuk kembali kepada Islam, sesuai dengan
ajaran Rasulullah SAW di atas manhaj salafusshalih. Ia membenci sikap jumud
(statis) serta taqlid dalam beragama, ia juga menolak setiap sikap yang
menghambat dan sikap berlebihan serta
sikap mengada-ada (bid’ah) dalam beragama. Ia menganjurkan untuk
mengambil hal-hal yang bermanfaat dari peradaban kontemporer serta menolak
hal-hal yang mendatangkan kemudharatan. Ia menggabungkan antara argumen aqli
dan naqli, ia mengambil inti dari setiap ilmu dan menolak bersikap
tekstual sehingga ia menjadi seorang yang berilmu dalam bidang agama,
peradaban, matematika, fisika, politik, bahasa, sejarah, archeologi, sosiologi,
psikologi, jurnalistik dan sya’ir. Sehingga ia dikenal sebagai ensiklopedi,
kunci berbagai bidang ilmu serta kamus dunia”
Karya-karyanya
:
Syekh Thahir al-Jazairy telah menulis lebih dari 20
judul buku, diantaranya :
1.
Al-Jawahir
al-Kalamiyah fi idhah al-‘aqidah al-Islamiyah
2.
Tanbih
al-Adzkiya’ fi qishash al-Anbiya’
3.
Al-Tibyan
li ba’dhi mabahits al-muta’allaqot bi al-Qur’an
4.
Taujih
al-nazhari ila ‘ilm al-atsar
5.
Al-Tafsir
al-Kabir (terdiri dari 4 jilid dan tersimpan di perpustakaan
al-Zhahiriyah)
C. Struktur dan Isi Buku
Buku yang berjudul Al-Jawahir al-Kalamiyah fi
idhah al-‘aqidah al-Islamiyah ini ditulis oleh Syekh Thahir al-Jazairy
dalam bentuk tanya jawab dengan maksud untuk memudahkan bagi pembaca untuk
memahaminya. Secara keseluruhan buku ini berisi 102 pertanyaan dan jawaban yang
di bagi atas tujuh pokok pembahasan utama
yaitu pengantar ( 3 soal jawab), pembahasan pertama ( 26 soal jawab),
pembahasan kedua ( 3 soal jawab), pembahasan ketiga ( 8 soal jawab), pembahasan
keempat ( 19 soal jawab), pembahasan kelima ( 19 soal jawab), pembahasan keenam
( 6 soal jawab), dan penutup ( 17 soal jawab).
Adapun isi buku ini secara ringkas adalah sebagai
berikut :
1.
Muqoddimah
Setelah
memuji Allah dan bershalawat kepada Rasulullah, penulis menyatakan pentingnya
buku ini dibaca, sebab berisi hal-hal yang pokok dalam ilmu kalam yang
disajikan dalam bentuk tanya jawab serta contoh yang mudah dipahami
2.
Pengantar Akidah
Islamiyyah
Dalam pengantar akidah
islamiyah ini, disebutkan tentang 3 hal yakni:
a.
Makna akidah
islamiyah
Akidah Islamiyah
ialah perkara-perkara yang
wajib diyakini kebenaranya oleh orang
Islam
b.
Makna Islam
Islam
adalah mengucapkan dengan lisan, membenarkan
dengan hati bahwa segala sesuatu yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW itu haq dan
benar.
c.
Rukun Akidah
Islamiyah
Rukun akidah islamiyyah ada enam perkara :
1. Beriman kepada Allah Ta'ala
2. Beriman kepada Malaikat Allah
3. Beriman kepada Kitab yang diturunkan Allah
4. Beriman kepada Rasul-Rasul Allah
5. Beriman kepada hari Kiamat
6.
Beriman kepada Qadha dan Qadar Allah
3.
Pembahasan
Pertama Iman Kepada Allah
Dalam
pembahasan ini, dijelaskan tentang cara beriman kepada Allah yakni, dengan cara
meyakini bahwa Allah SWT memiliki sifat yang sempurna dan jauh dari segala
sifat kekurangan. Secara rinci sifat yang dimaksud digolongkan kepada sifat wajib,
sifat mustahil dan sifat jaiz bagi
Allah SWT.
Kemudian
dijelaskan maksud dari sifat-sifat yang wajib bagi Allah yakni; Wujud, keberadaan Allah dan DzatNya itu ada
dengan sendirinya tanpa memerlukan wasilah atau
perantara. Qidam, Allah
itu ada sebelum
adanya sesuatu selainNya,
dan bahwasanya Dia tidak terikat waktu dan keberadaanNya tanpa awal. Baqa’,
Allah itu Dzat yang kekal
abadi dan kekekalanNya tersebut
tanpa batas akhir (kekekalanNya tidak terikat ruang dan waktu). Mukhalifatuhu
li al-hawadits, Allah tidak menyerupai
sesuatu pun, baik DzatNya, SifatNya maupun PerbuatanNya. Intinya sesuai
dengan firmanNya “laisa ka mislihi syaiun”. Qiyamuhu Binafsihi,
Allah SWT tidak membutuhkan sesuatu apapun,
Dia tidak butuh
tempat dan tidak membutuhkan makhluk
sama sekali. Dia
Maha Kaya dan
tidak membutuhkan apapun, bahkan segala sesuatu lah yang membutuhkan Allah
SWT. Hayah, Allah SWT Maha Hidup
dan bahwa kehidupan
Allah tidak seperti
hidup kita. Karena sesungguhnya
kehidupan kita membutuhkan perantara seperti mengalirnya darah
dan nafas sedangkan
kehidupan Allah tanpa memerlukan apapun.
Kehidupan Allah itu
bersifat Qodim dan Baqo'
. Wahdaniyah, Allah itu Satu dan tidak memiliki teman atau
sekutu. Tidak ada yang menyamai maupun
menyerupaiNya. Tiada lawan yang sebanding maupun penggantiNya. 'Ilm,
Allah itu memiliki
sifat Maha Berpengetahuan dan
Dia Maha Mengetahui segala
sesuatu. Mengetahui segala hal,
baik yang tampak
maupun yang tidak.
Dia mengetahui jumlah pasir, titik air hujan maupun daun pepohonan. Dia
Mengetahui hal yang
rahasia maupun yang
jelas. Tidak ada yang bisa bersembunyi dari
Nya. Qudrat, Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Iradat,
tidak ada sesuatupun
yang dapat terjadi tanpa kehendakNya. Maka apa saja yang Dia kehendaki
maka akan terjadi dan apapun yang
tiada dikehendakiNya, maka
tidak mungkin akan ada atau terjadi. Sama’, bahwasanya
Allah itu bersifat Maha Mendengar dan sesungguhnya
Allah mendengar segala sesuatu baik
nampak atau pun yang tersembunyi. Namun,
pendengaran Allah SWT tidak seperti
pendengaran kita, karena pendengaran kita sebagai makhluk memerlukan alat
perantara berupa telinga. Bashar, Allah itu bersifat Maha Melihat
, dan Dia Maha Melihat atas segala sesuatu. Dia Maha Melihat hingga semut hitam
kecil berjalan di malam gelap gulita sekalipun, bahkan yang lebih kecil
dari itu (atom).
Tidak ada yang
dapat bersembunyi dari
penglihatan Allah, baik yang ada di bumi maupun di luarnya, baik yang ada di
langit maupun di luarnya. Namun, penglihatan Allah berbeda dengan kita sebagai
makhluk. Sesungguhnya penglihatan
kita membutuhkan perantara mata. Kalam, Allah itu bersifat
Maha Berbicara. Akan tetapi kalam Allah
tidak sama dengan kita sebagai makhluk
Nya. Sesungguhnya pembicaraan kita
diciptakan dalam diri
kita dan membutuhkan alat perantara
berupa mulut, lidah
serta kedua bibir. Sedangkan Kalam Allah tidak seperti
itu.
Adapun
sifat yang mustahil bagi Allah SWT adalah 'Adam, huduts, Fana', mumatsalatu lilhawaadits, Ihtiyaaju
lighairihi, Wujuudus Syarki, Al'ajz, Karohiyah, Al
Jahl dan sifat-sifat kekurangan lainnya. Sedangkan sifat yang Jaiz bagi
Allah SWT adalah melakukan sesuatu atau meninggalkannya.
Selanjutnya
penulis menguraikan makna kalimat yang disandarkan kepada Allah, seperti istiwa’ (Surah Thaha :5), a’yun(
surat at-Thur : 48), yad (Surah Al-Fath :10) sesuai dengan pemahaman
ulama salaf, yakni kalimat tersebut tetap dimaknai apa adanya tanpa ditakwilkan,
namun perlu diyakini bahwa makna tersebut tidak seperti yang disandarkan kepada
manusia. Berbeda dengan ulama khalaf yang berusaha untuk mentakwil kalimat tersebut. Mengenai pemahaman ulama
khalaf ini penulis membolehkannya dalam keadaan darurat.
4.
Pembahasan Kedua
Iman Kepada Malaikat Allah
Pembahasan
ini diawali dengan defenisi malaikat sebagai materi yang lembut diciptakan dari
cahaya, mereka tidak butuh makan dan minum, mulia serta tidak pernah durhaka
kepada Allah dan apa yang diperintahkanNya mereka kerjakan. Keberadaan mereka
tidak dapat dilihat oleh manusia kecuali para nabi yang diizinkan Allah sebagai
talaqqi risalah Allah.
Berikutnya
disebutkan beberapa malaikat beserta tugasnya, antara lain, bertugas sebagai
perantara antara Allah dan para utusanNya. Seperti malaikat Jibril 'alaihis
salam. Ada diantara mereka yang bertugas sebagai penjaga manusia (malaikat
hafadzah), ada juga yang menulis amal
perbuatan manusia baik amal baik (malaikat Rakib) atau amal buruk
(malaikat 'Atid). Ada yang bertugas menjaga syurga dan segala kenikmatannya (malaikat Ridlwan) dan ada yang
menjaga neraka dengan segala sisksanya (malaikat Malik). Ada di antara
mereka yang menyangga 'arsy
(makhluk Allah terbesar), ada juga malaikat yang bertugas menjaga kebaikan dan kemaslahatan
umat manusia, dan banyak lagi sesuai dengan tugas yang diperintahkan Allah bagi
mereka.
5.
Pembahasan
Ketiga Iman Kepada Kitab Allah
Dalam
pembahasan ini penulis menyatakan bahwa seorang muslim wajib meyakini bahwa
Allah SWT memiliki kitab- kitab yang diturunkan kepada
para utusanNya. Kitab-kitab
tersebut menjelaskan
perintah, larangan, janji
dan ancaman Allah
bagi yang melanggarnya. Kitab tersebut adalah
Kalamullah secara hakiki yang
dilakukanNya tanpa menyerupai tatacara
ucapan manusia. Kitab-kitab
Allah yang dimaksud adalah :
a.
Taurat : diturunkan
kepada nabi Musa a.s untuk menjelaskan
hukum Allah, akidah
yang benar yang diridlai Allah dan kabar gembira akan
datangnya Nabi dari keturunan Nabi
Ismail, yaitu Nabi
Muhammad SAW. Yang membawa
syari’at baru yang menunjukkan umat
manusia menuju Dar
al-Salam. Mengenai Taurat yang ada hari ini tidak asli lagi
sebab tidak ditemukan lagi di dalamnya penyebutan tentang syurga, neraka, hari
kebangkitan dari kubur, hari perkumpulan
di padang makhsyar dan juga hari
pembalasan
b.
Zabur : diturunkan
kepada nabi Daud a.s berisikan sekumpulan dzikr, nasehat serta hikmah dan
tidak terdapat hukum
syari'at di dalamnya, karena
Nabi Dawud a.s.
diperintahkan untuk mengikuti
syariat Nabi Musa a.s.
c.
Injil : diturunkan
kepada nabi Isa a.s. untuk menjelaskan hakikat
kehidupan dan ajakan kepada umat manusia untuk meng-Esa-kan Allah, menghapus sebagian hukum taurat
yang berupa cabang-cabang untuk tujuan penerapannya, dan berisi kabar
gembira akan datangnya penutup para Nabi. Mengenai kitab Injil yang
ada hari ini telah mengalami perubahan dari yang aslinya. Hari ini dikenal ada
4 macam Injil yakni Mathius,
Markuz, Lukas dan
Yohannes. Nama ini diambil dari 4 orang kristen yang menurut fakta
sejarah mereka sama sekali tidak pernah bertemu dengan Nabi Isa as.
d.
Al-Qur’an : diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW sebagai kitab Ilahi yang terakhir diturunkan berfungsi
untuk menghapus berlakunya kitab-kitab sebelumnya, hukumnya berlaku hingga hari
kiamat. Al-Qur’an senantiasa terjaga dan tidak akan pernah mengalami perubahan.
Al-Qur’an dikenal sebagai mu’jizat terbesar bagi Rasulullah SAW. Sebagai
mu’jizat terbesar Al-Qur’an memiliki banyak keistimewaan sekaligus bukti
kebenaran Al-Qur’an itu sendiri, antara lain :
a) penyebutan
kejadian dalam Alquran yang belum terjadi dan akhirnya menjadi kenyataan persis
seperti yang diberitakan
dalam Alquran.
b) kita tidak
akan bosan mendengarnya meski
ia dibaca berulang
ulang.
c) di
dalamnya terhimpun berbagai pengetahuan
yang tidak dimiliki oleh
bangsa Arab maupun selain
mereka.
d) Alquran menyebutkan
kisah-kisah yang telah terjadi di
masa lalu dan keadaan umat terdahulu. Padahal Nabi Muhammad adalah seorang yang
ummi
6.
Pembahasan Keempat Iman Kepada Rasulullah
Dalam
pembahasan ini penulis menyebutkan bahwa Allah memiliki para utusan yang
diutusNya sebagai wujud rasa sayang dan keutamaanNya. Tujuaannya agar para
utusan tersebut memberi
kabar gembira dan pemberi
peringatan, Selain itu juga untuk memberi penjelasan
atas permasalahan agama dan dunia
serta memberi sesuatu yang bermanfaat bagi manusia agar memperoleh derajat yang
mulia. Mereka diberi penguat berupa
tanda yang jelas
maupun mukjizat yang
luar biasa. Utusan
yang pertama adalah Nabi Adam a.s. dan yang terkahir adalah Nabi Muhammad
SAW.
Berikutnya
penulis membedakan antara konsep nabi dan rasul. Nabi menurut beliau adalah manusia yang
diberikan wahyu
(pengetahuan) berupa aturan Syara' meski
tidak diperintahkan untuk menyampaikannya, dan apabila diperintahkan untuk
menyampaikannya disebut sebagai rasul.
Untuk
membuktikan kebenaran dakwahnya, para nabi dan rasul dibekali oleh Allah
mu’jizat. Mu’jizat adalah sesuatu yang tidak biasa terjadi yang muncul dari
seorang penyampai risalah kenabian
yang sesuai dengan
dakwahnya, dengan tujuan untuk
menantang orang yang
ingkar untuk melakukan
yang serupa dengan mu'jizat
tersebut.
Dalam
pembahasan ini, juga dijelaskan perbedaan antara mu’jizat dengn sihir
dan antara mu’jizat dengan karomah. Sihir adalah hal yang
dianggap luar biasa dan mungkin untuk ditandingi (dapat dipelajari), sedangkan
mu’jizat adalah hal yang luar biasa dan tidak akan dapat tertandingi. Adapun karomah
adalah kejadian luar biasa yang terdapat pada wali Allah dan tidak ada
hubungannya dengan misi kenabian, sedangkan mu’jizat berhubungan dengan
kenabian.
Berikutnya
dijelaskan tentang sifat-sifat yang wajib, mustahil dan jaiz bagi nabi dan
rasul. Para nabi wajib bersifat Siddiq mustahil kizb, wajib amanah
mustahil ‘Ishyaan, wajib tabligh mustahil Kitman, wajib Fathanah
mustahil Ghaflan. Sedangkan yang jaiz
bagi meraka adalah segala macam sifat kemanusiaan yang tidak mengurangi
derajat kemuliaan mereka, seperti
makan dan minum, lapar dan haus,
menghindar dari panas dan dingin, capek dan istirahat, sakit
dan sehat, begitupun
berdagang dan bekerja
dengan pekerjaan yang baik.
Berbeda
dengan nabi Allah yang lain, nabi Muhammad SAW memiliki beberapa
keistimewaan, yaitu beliau adalah Nabi yang paling utama, beliau diutus untuk
seluruh umat manusia, dan beliau adalah penutup
sekalian Nabi, tidak ada lagi Nabi setelah beliau. Dan sebagai
penutup pembahasan ini, penulis memaparkan beberapa mu’jizat nabi Muhammad SAW
serta sedikit tentang sirah nabawiyah. Penulis menuturkan :
“Rasulullah SAW adalah
manusia paling baik silsilah keturunannya, dan manusia paling baik perilakunya.
Beliau menyambung silaturahim, suka menolong orang yang membutuhkan, suka menanggung
beban dan kekurangan orang, serta
penyabar. Di antara sifat beliau adalah pemaaf, suka memberi kemudahan
serta halus budinya. Tidak berbuat sesuatu kecuali berdasarkan atas pembenaran
dari Tuhan. Beliau seorang pendiam karena dalam
diam berpikir. Apabila beliau
berbicara maka selalu
tuntas, yakni kalimatnya sederhana namun
penuh hikmah. Fasih dalam berbicara serta humoris di beberapa
keadaan Beliau senantiasa berserah diri
kepada Allah. Beliau sangat rendah
hati (tawadlu'), namun
di balik kerendahan hati dan
kearifan beliau, menyimpan kewibawaan yang besar yang tidak bisa ditandingi
satupun manusia, sampai-sampai para sahabat tidak kuat menatap wajah beliau.
Dan di setiap majlis beliau senantiasa tenang, seakan akan ada burung yang
sedang hinggap di kepala setiap hadirin. Mereka tidak saling memutus
pembicaraan dan tidak pernah membicarakan
aib orang lain. Semua orang dewasa,
bahkan anak-anak serta orang musyrik pun menjuluki beliau dengan sebutan Al Amin .
Dan setelah beliau mendakwahkan risalah kenabian, musuh-musuh
beliau - dengan segala sifat permusuhan dan hinaan mereka
- tidak menemukan
celah keburukan sedikitpun
pada diri beliau dan
tidak ada jalan
untuk mencela pribadi
beliau. Beliau mengajarkan
manusia kebijaksanaan dan hukum agama dan mengajak mereka menuju Darus Salam
(akhirat). Sungguh telah sempurna ilmu dan amal siapa saja yang mengikuti
beliau, dan barangsiapa tidak mau mengikuti beliau, maka sungguh telah kehilangan hal di atas baik sekarang
maupun di masa mendatang.
Dan sungguh Allah
telah menjadikan agamaNya (Islam)
jelas melebihi agama
lain. Dan Dia mengabadikan nama
Rasulullah yang indah
ini baik pada lisan pengikutnya
maupun penentangnya sepanjang
masa. Barangsiapa mempelajari sejarah
kehidupannya, khususnya tentang akhlaknya yang
mulia, maka ia
akan mengetahui bahwa
beliau adalah manusia paling
mulia di seluruh
dunia”
7.
Pembahasan
Kelima Iman Kepada Hari Akhir
Dalam
pembahasan ini, penulis menyatakan bahwa yang dimaksud hari akhir adalah hari yang
keadaanya sangat dahsyat sampai-sampai anak
kecil menjadi beruban rambutnya. Manusia di hari itu bangkit dari kuburnya dan mereka berkumpul di satu tempat untuk
dihisab (penghitungan amal). Kemudian akhirnya mereka akan ditentukan apakah akan masuk surga atau masuk neraka.
Sedangkan maksud beriman kepada hari akhir adalah membenarkan bahwasanya hari
itu pasti akan datang dan akan jelas segala
macam berita yang telah
disampaikan dalam Alquran
maupun hadist tentang keadaan hari itu.
Beriman
dengan hari akhir, artinya meyakini hal-hal sebagai berikut:
a.
Adanya
pertanyaan dan nikmat atau siksa dalam kubur, dan yang akan menjawab pertanyaan
tersebut adalah jasad yang telah dikembalikan ruh padanya.
b.
Jasad manusia
akan dibangkitkan kembali sebagaimana ia dahulu diciptakan dan akan dikumpulkan
pada suatu tempat yang disebut al-Mauqif
c.
Adanya
perhitungan amal manusia, amal baik dan amal buruk dengan anggota tubuh sebagai
saksinya.
d.
Adanya
penimbangan amal baik dan amal buruk untuk mengetahui kadar pahala atau dosa yang
milikinya, jika amal baik lebih berat, maka ia akan menerima kitabnya dari
sebelah kanan, dan jika amal buruk yang lebih berat, maka ia akan menerima
kitabnya dari sebelah kiri.
e.
Adanya shiroth
–jembatan yang terbentang di atas neraka- untuk dilewati manusia, maka orang
yang beriman dan taat akan mampu melewatinya hingga sampai ke surga. Di antara
orang beriman tersebut ada yang melewatinya bagaikan kilat,
sebagian melewatinya bagaikan kuda kencang dan ada yang tertatih tatih. Dan
kaki orang yang ingkar (kafir) dan kaki orang beriman yang masih berbuat maksiat akan
terpeleset saat melewati
shiroth tersebut dan
tercebur ke dalam neraka.
f.
Allah akan
memberi izin kepada para nabi, para wali, ulama yang mengamalkan ilmunya serta
orang yang mati syahid untuk memberi syafaat kepada orang mukmin yang berlaku
maksiat, tetapi tidak kepada orang kafir
Berikutnya
penulis menjelaskan posisi manusia setelah dihisab. Orang mukmin yang taat akan
masuk surga dan kekal di dalamnya, orang kafir dan munafik akan masuk neraka
dan kekal di dalamnya, sedangkan orang mukmin yang berdosa, jika Allah
mengampuninya ia akan masuk surga sejak awal dan kekal di dalamya, namun jika
tidak, maka ia masuk neraka sesuai kadar dosanya kemudian ia akan dikeluarkan
dan dimasukkan ke surga dan kekal di dalamnya.
Mengakhiri
pembahasan ini, penulis menjelaskan tentang konsep surga sebagai tempat yang belum pernah ada mata yang melihatnya, belum
pernah didengar oleh
telinga dan sedikitpun
tidak ada hati/akal manusia yang
mampu menggambarkannya. Sedangkan neraka sebagai tempat segala siksa, seluruh
siksa dan rasa sakit yang ada di dalamnya belum pernah terbayangkan oleh
pemahaman manusia.
8.
Pembahasan Keenam Iman kepada Qadha dan Qadar
Dalam
pembahasan ini penulis menjelaskan bahwa seluruh perbuatan manusia, baik yang ikhtiyari
(membutuhkan usaha seperti makan, berjalan) maupun idhtirory (tanpa
usaha seperti jatuh, mati) terjadi karena kehendak Allah dan telah ditetapkan
Allah sejak zaman azali. Sekalipun sudah ditentukan sejak azali, manusia
tidaklah dipaksa untuk berbuat. Sebab manusia dianugerahi oleh Allah SWT iradah juziyyah (kehendak sendiri)
untuk melakukan perbuatan baik atau buruk disamping dianugerahi akal untuk
memilih yang baik atau yang buruk. Oleh karena itu jika manusia melakukan
keburukan itu atas dasar kehendaknya sendiri dan karenanya ia berhak untuk
disiksa.
9.
Penutup
Dalam
penutup kitab ini penulis memaparkan beberapa hal yang dianggap penting sesuai
dengan yang pernah dibahas oleh para ulama salaf, yakni :
a.
Tentang Dzat
Allah. Membicarakan hakikat Dzat Allah dengan perantara
akal tidak diperbolehkan, sebab akal terbatas untuk memahami hakikat Dzat Allah. Untuk mengenal Allah dengan
benar, seorang muslim cukup memahami dengan benar sifat-sifat Allah. Lebih lanjut
untuk dapat merasakan keberadaan Allah, manusia tidak mesti dapat melihat
Allah, tetapi dengan memperhatikan alam ciptaan Allah dengan seksama manusia
akan merasakan keberadaan Allah dalam hidupnya.
Adapun
mengenai kemungkinan manusia dapat melihat Allah SWT, penulis menyatakan bahwa
Allah itu benar-benar ada, dan segala sesuatu yang ada mungkin untuk dilihat.
Kelak orang yang beriman akan melihat Allah dengan cara yang tidak diketahui
oleh manusia (bila kayfa).
b.
Ummat
terbaik : Umat yang paling
utama adalah ummat
Nabi Muhammad SAW dan
diantara mereka yang
paling utama adalah generasi sahabat. Dan di antara para sahabat yang
paling mulia adalah khalifah yang empat ;Abu Bakar r.a, 'Umar ibn Khattab r.a , 'Utsman bin Affan r.a dan 'Ali bin Abi Thalib r.a
c.
Isra’
dan Mi’raj : setiap muslim
wajib mengimani terjadinya peristiwa isra’ dan mi’raj yang secara
langsung dialami oleh Rasulullah SAW. Isra’ adalah diperjalankannya Nabi
Muhammad SAW pada malam hari dari Masjid al-Haram ke Masjid al-Aqsha,
sedangkan mi’raj adalah naiknya Nabi Mahammad pada malam tersebut ke langit,
berkumpul bersama para malaikat sebagai penghormatan bagi beliau.
d.
Hadiah doa dan
sedekah bagi yang sudah mati : Sesungguhnya sedekah itu adalah perkara yang disukai dan
doa serta merendahkan diri kepada Allah
itu diharapkan. Keduanya bermanfaat di sisi Allah Ta'ala baik bagi orang hidup
maupun yang telah mati.
e.
Tentang nikmat
di surga : di surga terdapat dua macam nikmat yakni
rohani dan jasmani. Nikmat rohani berupa kenikmatan yang dirasakan oleh ruh seperti bertasbih, beribadah,
melihat Allah SWT dan mengetahui bahwa
Dia telah Ridla terhadap
ahli syurga. Sedangkan kenikmatan jasmani berupa
kenikmatan yang dirasakan oleh jasmani seperti makan, minum dan menikah. Begitu
juga halnya siksa di neraka. Kenikmatan di
surga maupun siksa dalam
neraka keduanya kekal
abadi selamanya dan tidak akan berhenti, dan penduduk keduanya abadi di
dalamnya, surga dan neraka saat ini
sudah ada (diciptakan oleh Allah).
Diakhir
pembahasan ini, penulis menjelaskan tentang tanda-tanda hari kiamat yakni :
a.
Bangkitnya
Dajjal yaitu sesorang
yang buta matanya
dan keluar dalam keadaan beragama yang buruk serta jauh
dari ilmu. Dia mengaku memiliki sifat
ketuhanan dan mampu menampakkan beberapa
keajaiban sedangkan ia hanya orang yang lemah iman dan keyakinannya saja.
b.
Keluarnya hewan
melata dari bumi yang mampu mengetahui manusia melalui wajah mereka. Maka
barangsiapa beriman maka hewan itu akan menjadikan suatu pertanda baginya yang
membuat orang tersebut
dikenali sebagai mukmin. Dan
barangsiapa kafir, maka hewan itu pun akan membuat pertanda baginya
sehingga orang itu dikenali
sebagai kafir dan
hewan itu bisa
berbicara kepada manusia tentang
keadaan manusia itu.
c.
Terbitnya matahari
dari barat. Saat itu telah ditutup pintu taubat bagi manusia.
d.
Keluarnya Ya'juj dan Ma'juj, mereka
adalah segolongan manusia yang paling banyak berbuat kerusakan di muka bumi di
masa lalu. Saat Iskandar Dzulqornain sampai di daerah jajahan mereka, maka para
tetangga Ya'juj dan Ma'juj melaporkan kepadanya dan Dzulqornain
pun bersedih karena perbuatan mereka. Dan wilayah yang memisahkan Ya'juj dan Ma'juj dengan
penduduk tersebut adalah
sebuah celah sempit di antara dua gunung. Maka Dzulqornain
membangun penghalang yang sangat tinggi
dari besi dan dilumuri dengan timah cair sehingga jadilah benteng
penahan tersebut bangunan
yang kokoh dan licin yang tidak
mudah dilobangi ataupun dilompati.
Apabila telah dekat masa keluar
mereka, maka terbukalah benteng itu karena beberapa sebab sehingga mereka
akan menyebar di muka bumi dan memperbanyak
berbuat kerusakan di seluruh wilayah
bumi. Maka penduduk tersebut
memohon kepada Allah untuk menghilangkan perbuatan buruk dan
rusak Ya'juj Ma'juj,
maka Allah menghancurkan dan
mengganti mereka dengan cara menghapus sisa-sisa mereka.
e.
Turunnya Nabi 'Isa a.s.
saat fitnah menimpa
kaum muslimin dan berbagai macam cobaan menimpa mereka.
Maka beliau datang memperbaiki keadaan ummat ini dan menghilangkan segala kesedihan, membunuh dajjal dan membersihkan manusia dari
hawa nafsu dan kesulitan.
D.
Analisa
Sesuai
dengan judulnya, buku ini dengan mudah dapat dipahami bahwa isinya akan
berbicara tentang konsep teologis. Dilatar belakingi kerisauan semakin jauhnya
ummat dari mengenal Tuhannya, penulis telah berusaha me-reposisi pemahaman
ummat tentang konsep ketuhanan sesuai dengan pemahaman salafusshalih.
Oleh karena itu buku ini disusun dalam bentuk tanya jawab dengan maksud untuk
memudahkan ummat memahaminya.
Konsep
teologi yang dipaparkan oleh Syekh Thahir sejalan dengan konsep teologi yang
dikembangkan oleh Asy’ari. Bahkan kalau kita perhatikan secara keseluruhan,
maka mayoritas akan kita temukan kesamaan dengan risalah Asy’ari tentang akidah
Ahlul Hadits. Sebagaimana yang dikutip oleh Ja’far Subhani dalam kitabnya Buhuts
fi al-Mihal wa al-Nihal yang diterjemahkan oleh Hasan Musawa menjadi Al-Mihal
wan-Nihal : Studi Tematis Mazhab Kalam, bahwa tatkala Imam Asy’ari bangkit
menentang kaum Mu’tazilah, ia bergabung dengan kelompok ahlul hadits,
dan ia menyatakan dalam kitabnya Al-Ibanah ‘an Ushulu al-Diniyah ada 50
ajaran pokok akidah Ahlus Sunnah wal Jamaah.
Di
antara ajaran-ajaran yang dibahas dalam buku ini adalah :
1.
Sifat-sifat
Allah
Syekh
Thahir menjelaskan bahwa Allah SWT memiliki sifat-sifat yang sempurna dan Maha
Suci dari sifat-sifat kekurangan. Dalam hal ini ditemukan perbedaan dengan Asy’ari yang tidak menyebutkan jumlah sifat
dan hanya menyebutnya secara simbolik, Syekh Thahir menyebutkan jumlah sifat yang harus diyakini
itu sebanyak 20 sifat. Dalam hal ini
agaknya Syekh Thahir mengikuti ajaran yang di kembangkan oleh Syekh Sanusi
tentang sifat-sifat Allah. Dalam kitabnya Matan Ummul Barahin yang
dikenal juga dengan al-Akidah al-Sughra beliau menjelaskan bahwa Allah
memiliki 20 sifat yang wajib, 20 sifat yang mustahil dan 1 sifat yang Jaiz.
Namun Syekh Thahir sendiri tidak mengklasifikasikan sifat-sifat Allah tersebut
sebagaimana yang diklasifikasikan oleh Syekh Sanusi yakni :
a.
Sifat Nafsiah ( Wujud)
b.
Sifat Salbiyah ( Qidam, Baqa’, Mukhalifatuhu lil hawadits, Qiyamuhu
bi nafsihi, Wahdaniyyah)
c.
Sifat Ma’any ( Qudrat, Iradat, Ilmu, Hayat, Sami’, Bashar, Kalam)
d.
Sifat Ma’nawiyah ( Kaunuhu ; Qadiran, Muridan, ‘Aliman, Hayyan,
Sami’an, Bashiran, Mutakalliman)
2.
Tajassum
Sesuai
dengan informasi Al-Qur’an bahwa Allah mempunyai tangan, mata misalnya, maka
kalimat tersebut dimaknai apa adanya dan tidak perlu ditakwilkan, namun perlu
diyakini bahwa tangan dan mata Allah tidak sama dengan tangan dan mata makhluk.
Hal ini sejalan dengan pendapat Asy’ari yang menyatakan bahwa Allah memiliki
wajah, tangan dan mata tapi mesti dipahami bila kaifa.
3.
Perbuatan
Manusia
Segala
perbuatan manusia pada hakikatnya sudah ditentukan sejak azali, namun dalam
tataran pelaksanaannya sebenarnya terjadi seiring dengan iradah juziyah yang
dianugerahkan Allah. Konsep ini sebenarnya hampir sama dengan teori kasbnya
Asy’ari. Intinya adalah bahwa perbuatan manusia adalah hasil ciptaan Allah,
sebab manusia tidak mampu menciptakan perbuatanya sendiri.
4.
Pelaku Dosa
Besar
Tentang
orang mukmin yang melakukan dosa besar, Syekh Thahir sejalan dengan Asy’ari
yang mengatakan bahwa mereka tidak disebut kafir yang kekal dalam neraka,
mereka tetap muslim yang berhak masuk surga, namun jika Allah tidak mengampuni
dosanya di awal, maka ia masuk surga setelah disiksa dalam neraka sekadar dosa
yang dilakukannya
5.
Ajaran-ajaran
lainnya
Mengenai
ajaran lainnya yang dijabarkan dalam kitab ini, pada dasarnya sejalan dengan
pernyataan Imam Asy’ari dalam 50 ajaran pokok Ahlus Sunnah wal Jamaah, antara
lain :
a.
adanya sihir
yang dikuasai manusia, namun sihir pada hakekatnya bukanlah sesuatu yang luar
biasa, sebab sihir dapat dipelajari, berbeda dengan mu’jizat dan karomah
b.
Manusia akan
melihat Allah di akhirat secara kasat mata, namun caranya masih dalam konsep
bila kaifa
c.
Nikmat atau azab
kubur, surga dan neraka adalah benar-benar ada
d.
Isra’ dan Mi’raj
benar-benar dialami Rasulullah
e.
Bahwa kiamat
akan terjadi setelah munculnya tanda-tanda yang pernah disebutkan dalam
Al-Qur’an maupun Hadits, seperti munculnya Dajjal dan keluarnya Yajuj dan
Ma’juj serta turunnya kembali Nabi Isa a.s.
E.
Penutup
Dari
pemaparan di atas sedikit dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Kitab
Jawahirul Kalamiyah fi Idhahi al-Aqidah al-Islamiyah ini sengaja ditulis
oleh Syekh Thahir al-Jazairi untuk mengenalkan kembali kepada ummat Islam
tentang konsep ketuhanan sejalan dengan pemahaman salafus shaleh, khususnya
dalam kerangka pemahaman teologi Asy’ariyah
2. Isi
buku ini pada dasarnya menjelaskan konsep dasar-dasar keimanan umat Islam yang
beliau sebut dengan pokok-pokok Akidah Islamiyah atau yang lebih populer dengan
rukun iman
3. Konsep
yang dijabarkan Syekh Thahir secara umum sejalan dengan pernyataan Asy’ari
tentang 50 pokok Akidah Islamiyah yang beliau tulis dalam kitabnya Al-ibanah
‘an Ushul al-Diniyah, walaupun terdapat sedikit perbedaan terutama ketika
menjelaskan sifat-sifat Allah.
Demikian bedah buku Jawahirul Kalamiyah fi Idhahi
al-Aqidah al-Islamiyah karya Syekh Thahir al-Jazairi ini, dengan harapan
bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Penulis menyadari masih banyak kekurangan
dalam tulisan ini, untuk itu demi kesempurnaan tulisan ini, diharapkan adanya
saran konstruktif dari pembaca terutama dari dosen pembimbing.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Jazairi, Syekh
Thahir, Jawahirul Kalamiyah fi Idhahi al-Aqidah al-Islamiyah: Indonesia
, Al-Harmain, tt
Subhani,
Ja’far, Buhuts fi al-Mihal wa al-Nihal terjemah oleh Hasan Musawa
menjadi Al-Mihal wan-Nihal : Studi Tematis Mazhab Kalam: Pekalongan,
Penerbit Al-Hadi,1997
http://alraufi.blogspot.com/2010/08/kitab-matan-ummul-barahin_11.html.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar